Kamis, 19 Oktober 2017

Serba-Serbi Furniture: Minimalis Murah Asli Jepara

Mebel menjadi mata pencaharian paling pokok masyarakat Jepara, khususnya bagi mereka yang terlahir dari keluarga pengrajin kayu. Namun beberapa tahun belakangan, pengrajin mebel kehabisan 'calon penerus'. Sebut saja mereka pemuda pemudi yang jiwanya masih suci. Mengapa masih suci? Sebab sebelum teknologi berkembang sepesat sekarang, pemuda pemudi asal Jepara lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja (mengukir, contohnya) daripada asik di maya. Dan berkurangnya tenaga potensial dibidang ukir dan mebel juga dipengaruhi oleh merosotnya daya beli masyarakat terhadap produk mebel berkualitas dari Jepara. Memang beberapa tahun lalu banyak pengusaha mebel yang bangkrut. Selain itu juga dipengaruhi oleh banyaknya pabrik asing yang berdiri di tanah Jepara.




Pandangan sengit masyarakat mengenai tak lagi potensialnya bisnis mebel membuat pemuda pemudi itu memutuskan untuk bekerja di pabrik, yang lebih parah lagi, banyak dari mereka yang melarikan diri ke tanah orang, merantau. Miris memang, mengetahui bahwa siklus kehidupan ya memang begini adanya, kadang dibawah, kadang diatas. Dan sebagai orang yang bekerja dibidang permebelan, saya tak ingi menyerah. Demi Allah saya yakin bahwa usaha yang memberi julukan kepada kota ini akan bangkit kembali. Meski tepatnya kapan, saya pun kurang paham.

Namun mengingat pertumbuhan teknologi yang tak mengenal batas, kelas, kasta, dan bahkan usia, saya positif thinking bahwa waktunya telah mendekat. Mengapa tak saya sebut sekarang usaha mebel telah mapan? Soalnya banyak dari pengrajin yang kadang masih sepi order. Padahal bisnis ini potensial sangat! Dilihat dari segi modal memang banyak yang angkat tangan, namun kalau dipikir ulang tentang banyaknya keuntungan yang bakal di dapat, bisa senyum-senyum sendiri.

Bisnis mebel yang di sokong oleh teknologi tentunya bakal lebih luas jangkauannya. Jangan tanya alasannya, sebab sudah saya katakan bahwa teknologi tak terbendung luasnya. Meski tetap dengan ilmu yang sama, yakni: telaten, sabar, serta usaha dan doa yang tak putus-putus. Insya Allah bisnis akan lancar dan pelanggan banyak yang datang. Sempat baca kemarin, katanya pasar internasional paling potensial sekarang negara di Timur Tengah. Mengingat mereka memang baru membuka diri memutuskan untuk menjalin kerjasama bilateral, termasuk dengan Indonesia. Ini bisa jadi peluang besar untuk mengenalkan produk unggulan Indonesia macam kain tenun dan mebel.


Berbicara tentang bisnis besar permebelan, tentunya tak asing dengan inovasi para pengrajin. Mengingat daya beli masyarakat yang menurun terhadap produk unggulan mebel, pengrajin mebel pun tak kehabisan akal. Beragam inovasi untuk menarik kembali minat beli masyarakat dilakukan, hingga suatu ketika trend hunian rumah minimalis bercokol di tanah tetangga, yang lambat laun sampai juga di tanah ibu pertiwi kita. Pengrajin mebel banyak mengamati tentang desain serta ukuran rumah minimalis. Dan terciptalah furniture label minimalis yang banyak ditemui di etalase toko furniture, baik di Jepara maupun di luar Kota.

Furniture minimalis sebenarnya sama saja dengan banyak furniture lainnya, yang membedakan hanya dari segi ukuran yang lebih 'mini' mengingat tipe huniannya memang minimalis. Rumah minimalis paling besar hanya 9x5 meter, dengan tiga kamar tidur, ruang tamu yang sekaligus difungsikan sebagai ruang keluarga, kamar mandi, dapur, dan jika memungkinkan sebuah teras. Hal itulah yang menjadi perbandingan utama para pengrajin mebel dalam mendesain furniture minimalis. Ukuran melesat pada posisi teratas hal yang paling utama dalam membuat furniture label minimalis. Selain itu, pengrajin mebel dari Jepara juga tak melakukan pengurangan kualitas kayu.

'Konsumen adalah Raja!' maka untuk menarik minat pembeli, hal-hal macam penurunan kualitas kayu itu pun tak dilakukan. Bagaimana bisa dapat pelanggan kalau kualitasnya buruk? Begitu kira-kira pikiran pengrajin. Maka jangan heran jika harga yang ditawarkan hampir tak ada bedanya dengan furniture lainnya, malah terkadang ada yang lebih mahal. Namun untuk menghindari harga mahal tersebut, banyak dari pelaku usaha mebel yang mencantumkan 'free custom' di tokonya. Jadi konsumen bisa memilih ukuran, desain, serta kualitas kayu untuk furniturenya.

Untuk sebuah furniture minimalis yang Anda beli langsung dari pengrajin, Anda bisa mendapatkan harga yang lebih murah kira-kira 10% dari harga toko. Namun apabila Anda membeli furniture minimalis Jepara dikota Anda, misalnya Jakarta harga yang ditawarkan bisa mencapai dua kali lipat. Hal ini terjadi karena Anda tak perlu membayar biaya angkut serta asuransi dari Jepara sampai derah asal.

Apakah Anda berminat untuk bertanam modal di bisnis ini???